Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 30; 1 Tesalonika 2; Yesaya 13-14
Sewaktu saya masih bekerja dalam suatu perusahaan multinasional, jumlah karyawan yang cukup banyak menyebabkan komposisinya terdiri dari beragam agama, suku, dan budaya. Saat itu, mayoritas staffnya diisi oleh orang Kristen dan para pekerja hariannya bukan orang-orang percaya. Kebetulan saya ditempatkan di bagian produksi yang sehari-harinya banyak berhubungan dengan pekerja harian.
Dalam keseharian di tempat kerja, seringkali saya merasa malu ketika para pekerja harian ini mengomentari dan mengeluhkan sikap dari beberapa reka staff Kristen yang lain. Mereka selalu mengaitkannya dengan kesukuan ataupun agama Kristen, seakan-akan jika yang melakukan hal yang kurang baik itu adalah orang Kristen, hal itu lebih berat kesalahannya. Pertanyaan-pertanyaan bermunculan di pikiran saya, mengapa jika staff beragama Kristen melakukan hal yang kurang santun, mereka selalu mengeksposnya? Mengapa jika dilakukan oleh staff non Kristen mereka sepertinya tidak terlalu mempermasalahkannya?
Suatu saat saya sadar bahwa mereka hanya menilai berdasarkan standar kita sebagai orang percaya, hanya saja kita sendiri yang kadang kurang menghidupi apa yang kita yakini. Orang-orang di luar tanpa sadar mengetahui, meyakini, bahkan menuntut kita sebagai orang percaya untuk memiliki sikap kerja dan karakter yang berbeda. Jika mereka yang bukan orang percaya saja tahu hal itu, apakah kita sendiri sudah mengetahui dan menghidupinya?
Orang diyakinkan oleh apa yang kita lakukan, dan bukan hanya dari yang kita katakan.